Langsung ke konten utama

R

Halo.
kali ini aku akan mengubah sedikit gaya bahasaku, aku terlalu terpesona dengan gaya bahasa baku seseorang, sehingga ia seperti trand center dimataku. seseorang itu berhasil ku temui di salah satu media sosial, namanya mario. aku suka sekali dengan gaya bahasanya, bahkan, ia berhasil membuatku tergila-gila. bukan dengannya, tapi dengan gaya bahasa bakunya, sungguh, sangat membuatku tertarik membaca jawabannya setiap hari. 
Bukan Mario yang ingin ku ceritakan sekarang, sebenarnya. aku ingin bercerita tentang seseorang, sebut saja R. aku telah mengenalnya saat masih di bangku sekolah menengah atas (SMA) waktu itu, dia kelas 12 SMK, dan aku kelas 11 SMA. Aku mengenalnya dari salah sambung. Yha, waktu itu aku tidak sengaja menekan-nekan tombol ponselku, lalu menyambung kedirinya. 
Mungkin dia teman paling berarti dalam hidupku, sudah hilang masih saja ku cari. Yha, dari dulu, dari awal sukanya menghilang. Beberapa bulan tak ada kabar, ia sudah ada di Batam, kerja katanya. kemudian setahun atau dua tahun kemudian, aku lupa, ia sudah di Jakarta lagi, jadi pegawai di sebuah restoran yang cukup banyak cabangnya di daerah Jakarta sana. 

Aku menyukainya.
Saat awal aku mengenalnya, ku pikir tidak akan berlanjut sampai sekarang, tetapi aku salah, kita berlanjut sampai sekarang, bahkan sekarang ini kami seperti berkabar tanpa jeda, walaupun ia masih dengan hobi lamanya, menghilang. Aku tidak mengerti sih mengapa aku bisa menyukainya. Terbilang tampan, tidak. Mungkin seorang pekerja keras. Tapi aku sempat ragu juga, masa iya aku menyukainya karena ia seorang pekerja keras? Bukankah menyukai seseorang tidak butuh alasan? namun, tak lama kemudian, aku mulai berpikir lagi, sepertinya hanya suka kepada seorang teman itu wajar. Mungkin karena kebaikannya, bukan karena apapun tentang dirinya, kemudian aku mulai tidak perduli. Dan dia, punya pacar. waktu itu kami masih sama-sama sekolah. aku tersenyum saja dan bergumam "oh, sudah punya pacar." begitu, kemudian dia tidak pernah ku ganggu kehidupannya, sebut saja kalau, aku mulai melupakannya. Lagi pula, kami belum pernah sama sekali bertemu, yha kami berteman empat tahun lamanya, tapi kami tidak pernah bertemu. Aku tau itu lucu. karena sangat lucu, kamu sampai tidak bisa tertawa bukan? malah heran, dan bahkan mungkin kamu akan bertanya, "dimana letak lucunya, dita?" jujur saja, ketika kamu mengajukan pertanyaan itu, aku sama sekali tidak bisa menjawabnya, bingung. memang apa yang harus ku jawab?

Aku mulai menyayanginya.
Oh R. andai saja kamu tau aku menulis ini untukmu, andai saja kamu bisa membaca dan kamu bisa tau kalau ini memang untukmu. Sayangnya, kalau bukan Tuhan yang mempertemukan, kamu mungkin tidak bisa membaca tulisan ini, sama sekali. Lagipula, kalau kamu membaca ini, apakah pikiranmu akan berputar dan bisa jadi kam akan menyukaiku? kalau tidak, lupakan saja. Aku mulai menyayanginya ketika dia punya kekasih, bahkan, sampai kekasih yang kedua ada pun, aku tetap menyayanginya, bayangannya seperti tak bisa hilang dari dalam diriku, relung hatiku, serta pikiranku. Aku terus saja memikirkannya. Ketika aku ingin dekat denganmu lagi, kamu mulai menyebalkan, aku juga tidak mengerti kenapa kamu bisa sekali membuatku kesal. Tapi, aku bertahan, sampai suatu ketika aku berhenti dan merasa diabaikan olehmu, aku pergi. Tapi rasa sayang ini kemudian menautkan pikirkanku akan dirimu. terkhir kali aku mengirimkanm pesan singkat, itu saat aku berhasil diterima di universitas negeri lewat jalur undangan. Aku masih ingat, kamu meminta traktiran olehku, dan aku tidak mengabulkannya karena apa? karena kamu sangat sangat menyebalkan. kemudian kamu menghilang. bukan kamu yang menghilang, tapi aku yang memutuskan untuk pergi dan tidak pernah mengingatmu kembali, bahkan rasa sayang ini masih menyelimuti hatiku. Bukannya berlebihan, tapi, entah mengapa, aku merasa, ada satu tempat dihatiku yang masih amat sangat mengharapkanmu. Ini, ini adalah problematika anak muda zaman sekarang, aku bahkan mulai merindukanmu, sekarang.

Kamu.
Saat itu aku sudah punya seorang kekasih, dan aku mulai menghubungimu lagi, disitu aku dan kamu terlibat beberapa pembicaraan yang ringan, namun berarti. kalimat-kalimat yang kamu keluarkan waktu itu, sangat membuatku menginginkan itu terjadi, mungkinkah, mungkinkah kamu sedang berjuang untukku sekarang? Ah, khayalan ini begitu tinggi, sebut saja khayalan seorang babu. Aku mulai merindukanmu, saat aku menuliskan ini semua, hatiku mulai merindukanmu dan otakku mulai memikirkanmu, sepertinya benakku mulai membayangkan wajahmu. Tidak etis memang kalau aku mengatakan merindukanmu, padahal aku belum pernah sama sekali bertemu denganmu, belum sekarang, entah nanti. R. entah mengapa huruf itu yang selalu ada didalam hidupku, dulu A sekarang R. bukan, kamu bukan sekarang, tapi dari empat tahun yang lalu, kamu tertanam di dalam hatiku. Mungkin bahasaku terkesan berlebihan, tapi percayalah ini sungguhan! aku tidak pernah merasa percaya diri seperti ini. Ingat kamu mulai menceritakan supervisor mu padaku? yang sudah punya anak 2 dan sedang hamil anak ke tiga? aku tidak tau kalau itu benar-benar ingin kamu ceritakan atau sengaja kamu ingin menceritakannya padaku. Aku tau semua perbincangan kita waktu itu, semuanya, itu hanya bercanda. Aku tau kamu tidak pernah serius denganku, yha kita hanya teman, teman bercanda. Tapi, bolehkah aku memohon kepada Tuhan, agar kamu saja yang menjadi teman hidupku nanti, yang tidur disampingku, bercanda bersamaku.
bisakah?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KETIKA HUJAN DATANG             Awalnya gue benci sama hujan, gara-gara, dia basahin tugas-tugas gue dan membiarkannya berhamburan di tanah, kotor, ancur deh pokoknya. Sampai pada suatu hari ada suatu hal yang nggak tau kenapa masih membekas di benak gue dan gue pun selalu rindu datangnya hujan. ***             Sore itu, hujan turun lebat banget, biasanya sih kalau lagi hujan gini daerah sekitar perumahan gue tuh, banjir, maklum lah Jakarta, kalau Jakarta banjir kayanya udah biasa gitu deh, tapi nggak tau kenapa, hujan kali ini nggak bikin daerah sekitar rumah gue banjir, Alhamdulillah.     “Mah, yang anget-anget enak nih mah, hehe.” Ucap gue sama nyokap gue yang amat sangat baik itu     “Emang kamu mau yang anget-anget itu apa Ris?” Tanya nyokap, menanggapi     “yang anget-anget itu ya misalkan teh anget, atau apa aja deh mah, ...

My Diary...(Part III)

Pagi ini aku bangun dengan malas. Setelah shalat subuh, aku ingin merebahkan tubuhku lagi rasanya. Tapi handphone yang bergetar membuatku mengurungkan niatku untuk tidur lagi, uuhh dasar mengganggu saja. Aku membuka pesan singkat yang ada di handphone ku, Dio, ada apa sih dia sms aku pagi-pagi? From: Dio Turun dong, lari pagi yuk biar sehat, hehe. Dio? kerumahku? pagi-pagi? ngapain? aku melongok ke bawah dari jendela kamarku, motornya ada, dari jam berapa dia di sini? lalu, ku balas pesannya. To: Dio Kamu!! lagi-lagi mengganggu ku, aku tidak mau lari pagi ah...malas!! Tak lama kemudian pintu kamarku di ketuk. Paling ibu, batinku. Dengan malas aku berjalan mendekati pintu, perlahan aku memegang k'nop pintunya dan aku mulai membukanya. Aaaaaaaaaaaaa....!! * Hebat!! Dio berhasil meluluhkan hatiku untuk yang kedua kalinya. Aku sedang bersamanya sekarang, lari pagi aah aku ingin menolaknya, tapi kecupannya yang mendarat di dahiku berhasil menghipnotisku, jadilah ak...

Random

seperti biasa yah gue nggak bisa menghilangkan rasa galau yang ada di diri gue ini. mau di ilang2in tetep aja datang lagi...datang lagi. sekarang ini gue mau mengeluarkan isi perut gue..ooh bukan bukan gue mau keluarin isi dompet kan lumayan kan kalo isi dompet di keluarin, tapi sayangnya isi dompet gue itu bukan uang, melainkan kwitansi-kwit/ansi bekas pembayaran yang amat sangat nggak penting banget. harusnya kan gue bakar ya? tapi entah kenapa gue nggak tega buat ngebakarnya hikss...yessshaaaa RANDOM, kenapa gue kasih judul postingan gue begitu? karena hari ini...no malam ini gue lagi benar-benar random...acak..shuffle apa lagi yang dapat di artikan dengan kata acak?  nggak cuma acak, tapi acak-acakan banyak banget persoalan yang emang harus segera di selesaikan tapi enggak selesai-selesai. Iya bener! nyiksa. yaaaaa gue tau gue tau kalo nggak di selesaikan sekarang mau kapan lagi? yakan? mau tau apa yang jadi persoalan? yang pertama, gue udah tujuh belas tahun sekali lagi gue ...