Langsung ke konten utama

My Diary...(Part III)

Pagi ini aku bangun dengan malas. Setelah shalat subuh, aku ingin merebahkan tubuhku lagi rasanya. Tapi handphone yang bergetar membuatku mengurungkan niatku untuk tidur lagi, uuhh dasar mengganggu saja. Aku membuka pesan singkat yang ada di handphone ku, Dio, ada apa sih dia sms aku pagi-pagi?
From: Dio
Turun dong, lari pagi yuk biar sehat, hehe.
Dio? kerumahku? pagi-pagi? ngapain? aku melongok ke bawah dari jendela kamarku, motornya ada, dari jam berapa dia di sini? lalu, ku balas pesannya.
To: Dio
Kamu!! lagi-lagi mengganggu ku, aku tidak mau lari pagi ah...malas!!
Tak lama kemudian pintu kamarku di ketuk. Paling ibu, batinku. Dengan malas aku berjalan mendekati pintu, perlahan aku memegang k'nop pintunya dan aku mulai membukanya. Aaaaaaaaaaaaa....!!
*
Hebat!! Dio berhasil meluluhkan hatiku untuk yang kedua kalinya. Aku sedang bersamanya sekarang, lari pagi aah aku ingin menolaknya, tapi kecupannya yang mendarat di dahiku berhasil menghipnotisku, jadilah aku bersamanya sekarang.
"Dio..!"panggil seseorang dari kejauhan.
Wanita cantik, bahkan ia lebih cantik dari ku, tidak gendut, tidak cupu, dan sekarang mulai memeluk...Dio!!
Siapa sih dia? Mengganggu saja uuhh.
"Cia kenalin, ini Nadya temen gue waktu masih di Paris dulu."
Tuhan..kenapa Nadya ini muncul begitu mengejutkan sih, apa ini merupakan cobaan dari Mu? aah aku mendidih.
"Nad, ini Cia, Lucia lengkapnya."ucap Dio mengenalkanku pada Nadya.
Aku bertatapan agak lama dengannya, mungkin kalau adegan kami seperti ini di film akan ada sengatan listrik merah dan listrik biru yang keluar dari masing-masing pasang mata kami.
"Hey, common salaman dong, kenapa kalian diam aja? pake liat-liatan gitu, nanti terpesona lagi."ucap Dio, ku rasa ia melucu, tapi menurutku ia tidak lucu sama sekali.
Mau tak mau aku menjabat tangannya juga, lembut sih tangannya tidak seperti aku yang terlanjur kasar karena merangkap jadi upik abu juga di rumah, maklum pembantu sedang pulang kampung *ups, kok jadi curhat?*
"Oh, ini pengantin mu yang sudah di persiapkan dari kecil?"tanyanya agak sinis.
Memang kenapa kalau iya? tidak suka? bilaaang saja, kita berkelahi disini uuhh.
"Iya hehe, kalian haus nggak? aku beli minum dulu ya kalian ngobrol aja dulu."
"Oke"sahut kami bersamaan.
Uhh Tuhan, ingin rasanya aku menjenggut rambut panjangnya itu menjadi botak seperti tuyul. Ahh tidak, tuyul mungkin terlalu bagus untuknya.
"Berapa lama kenal Dio?"tanyaku
"4 tahun, aku panggil kamu Cia boleh?"
"Ya tentu saja, kamu bisa memanggil ku sesuka mu kok, apa saja."
"Pasrah sekali."sahutnya masih dengan nada sinis.
Ya, aku sudah terbiasa pasrah.
"Oke Cia, kamu siap kan bersaing denganku?"
Bersaing? aduh apa-apaan sih si bule ini, ada-ada saja masa mau bersaing denganku?
"Bersaing? untuk apa?"tanyaku penasaran.
"Mendapatkan Dio."
Dio? hhh Tuhaaan, apa lagi ini.
"Tidak adakah yang lebih bermutu di bandingkan bersaing untuknya Nadya?"tanyaku agak sedikit..menantang.
"Kalau tidak mau, biarkan Dio denganku, bagaimana?"
Dio? Denganmu? ooh ya kalau kata sule jadinya akan "Ohhh tidak bisaa." enak saja mau merebut tunanganku begitu saja, kamu pikir dia itu hadiah di lomba tujuh belasan apa? Aduh jelek sekali aku memberikan perumpamaan, masa Dio di samakan dengan hadiah lomba tujuh belasan? Ah sepele, sudahlah.
"Tidak mau, aku tidak rela, kalau itu mau kamu yasudah aku ikuti sajalah, pokoknya aku tidak rela Dio jatuh ke tangan mu begitu saja."
Akhirnya, aku terjebak.
Nadya langsung menghampiri Dio dan segera mengambil jatah minuman yang sudah Dio belikan.
"Lain kali, kita bertemu lagi ya Cia."ucapnya sambil mengerling ke arahku.
Aku hanya tersenyum saja padanya, entahlah senyum yang ku berikan berarti apa.
*
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamarku dan mengunci pintu kamarku. Biar saja Ibu penasaran dengan apa yang terjadi padaku tadi saat aku bersama Dio. Aku juga tidak membalas pesan Dio, pikiranku terfokus pada apa yang di katakan Nadya padaku, bersaing huhh. Saingan mendapatkan Dio katanya? Coba saja.

*To Be Continued

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Random

seperti biasa yah gue nggak bisa menghilangkan rasa galau yang ada di diri gue ini. mau di ilang2in tetep aja datang lagi...datang lagi. sekarang ini gue mau mengeluarkan isi perut gue..ooh bukan bukan gue mau keluarin isi dompet kan lumayan kan kalo isi dompet di keluarin, tapi sayangnya isi dompet gue itu bukan uang, melainkan kwitansi-kwit/ansi bekas pembayaran yang amat sangat nggak penting banget. harusnya kan gue bakar ya? tapi entah kenapa gue nggak tega buat ngebakarnya hikss...yessshaaaa RANDOM, kenapa gue kasih judul postingan gue begitu? karena hari ini...no malam ini gue lagi benar-benar random...acak..shuffle apa lagi yang dapat di artikan dengan kata acak?  nggak cuma acak, tapi acak-acakan banyak banget persoalan yang emang harus segera di selesaikan tapi enggak selesai-selesai. Iya bener! nyiksa. yaaaaa gue tau gue tau kalo nggak di selesaikan sekarang mau kapan lagi? yakan? mau tau apa yang jadi persoalan? yang pertama, gue udah tujuh belas tahun sekali lagi gue ...

KAU!

Kau berdiri di sisian kemarau, lalu kau tersibak angin. Kemudian Aku melihatmu bagai sesuatu yang tidak pernah ada habisnya. Pandanganmu terlalu baik untuk ku siakan, Senyumanmu berarti ketulusan penuh Dan kini aku terpaku, bagaimana bisa aku meninggalkan dirimu? bahkan barang sedetik saja.              Sebut saja aku adalah wanita yang sedang di banjur cinta satu bejana malam ini, rasanya bahagia sekali, bahkan untuk setiap detiknya, walaupun nilai ujianku E tetap saja aku bahagia. Siapa yang tidak bahagia ketika sedang jatuh cinta? Yang pasti bukan aku, karena aku terlalu bahagia, sampai terlihat tidak pernah waras dimata manusia lainnya. Oh, bahkan aku tidak dianggap manusia lagi, tatkala senyumku merekah, tapi aku sendirian.                Gila? Ya cinta memang membuat sebagian orang terlihat lebih gila di bandingkan dengan yang gila. Mung...
KETIKA HUJAN DATANG             Awalnya gue benci sama hujan, gara-gara, dia basahin tugas-tugas gue dan membiarkannya berhamburan di tanah, kotor, ancur deh pokoknya. Sampai pada suatu hari ada suatu hal yang nggak tau kenapa masih membekas di benak gue dan gue pun selalu rindu datangnya hujan. ***             Sore itu, hujan turun lebat banget, biasanya sih kalau lagi hujan gini daerah sekitar perumahan gue tuh, banjir, maklum lah Jakarta, kalau Jakarta banjir kayanya udah biasa gitu deh, tapi nggak tau kenapa, hujan kali ini nggak bikin daerah sekitar rumah gue banjir, Alhamdulillah.     “Mah, yang anget-anget enak nih mah, hehe.” Ucap gue sama nyokap gue yang amat sangat baik itu     “Emang kamu mau yang anget-anget itu apa Ris?” Tanya nyokap, menanggapi     “yang anget-anget itu ya misalkan teh anget, atau apa aja deh mah, ...