Pagi ini Laza
menyeringai padaku, aku tanya kenapa ia malah tidak menjawab apa-apa
malah ia makin terbahak, aneh.
Aku masuk ke dalam kelas seperti biasa, Dio belum datang kelas juga masih sangat sepi. Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari lorong depan kelas ku, kalau itu teman ku, aku tidak akan mencurigainya lagi pula aku tau kok langkah kaki manusia baik-baik dengan langkah kaki maling. Bayangannya sudah sampai depan pintu. Aku mulai berjalan mendekati pintu kelasku dan aku menemukan Dan di sana, kenapa dia?
"Daniel?"
Napasnya terdengar terengah-engah, dia ini kenapa sih?
"Ka..kamu kenapa?"tanyaku, begini-begini juga aku orangnya khawatiran loo, "Yaudah tenang dulu, kamu tarik napas dulu ya dalam-dalam, baru cerita."ucapku.
Tiba-tiba saja Dan duduk di lantai, tanpa sadar aku juga ikut duduk, padahal kan aku tau dia itu punya maksud jahat padaku, harusnya aku mencurigainya bukan malah bersimpati aah payahnya aku. Tapi hati nurani ku tidak tega membiarkannya sendiri di sini.
"Nadya..."
"Nadya...kenapa Nadya?"
"Kecelakaan Ci, tadi pagi ketabrak mobil."
Apaa?!
"Kamu jangan main-main Dan."ucapku tak percaya.
"Beneran gue nggak bohong Ci."
Tunggu, kenapa Dan malah membuka penyamarannya? sebelumnya aku kan nggak tau kalau dia itu adiknya Nadya.
"Kamu, kenal sama Nadya?"tanyaku perlahan.
Dan terlihat panik, apa barusan dia keceplosan ya?
"Nadya, hmm...temen gue maksudnya..i..iya Nadya temen gue."
Oh iya yang namanya Nadya kan banyak. Tiba-tiba Dio datang menghampiri kami.
"Dan, Nadya kecelakaan dimana?"tanyanya panik.
Nah kan benar, Nadya yang Dan maksud ya Nadya kakaknya, ternyata Dio kenal Dan juga?
"Kak Dio?"ucapnya kaget.
Bodoh benar si Dan ini, dia itu sedang apa sih? kok malah membuka kedoknya sendiri.
"Nadya sekarang di rumah sakit mana? Ceroboh banget sih itu anak kok bisa tabrakan."
Aku perhatikan wajah Dan, makin lama makin pucat pasi.
"Gue haru spergi kak, nanti...gue kabarin lagi."
Dan pun berlalu meninggalkan kami. Benar-benar bodoh, seperti itu di bilang pasangan biang onar? Bermain peran puntak mampu, bagaimana sih sutradaranya?
"Kamu tau kabar Nadya dari mana Yo?"tanyaku penasaran.
"Nyokapnya telfon ke ponsel gue, jangan cemburu ya hehe."
Dio ini masih sempat-sempatnya bilang begitu.
"Kenapa nggak kamu tanya aja sama mamanya Nadya, kali aja mamanya lebih tau rumah sakit mana Nadya di rawat, nanti kita jenguk sama-sama."ucapku
"Waah lo baik hati banget ya Ci, padahal lo di jadiin saingannya dia, tapi lo mau repot-repot jenguk dia."
"Kita kan sesama manusia, harus saling menyayangi dong, masa gara-gara kita saingan aku dendam gitu sama dia? nggaklah..eh.."
Kok Dio tau aku saingan? Waaah gawat, aku keceplosan juga lagi.
"Saingannya apaan Ci? gue boleh tau nggak? hehe"
"Nggak...nggak ada saingan apa-apa kok Yo, beneran."
Aduuhhh...
"Hahaha Cia...Cia gitu aja masih mau bohong lo sama gue."
*
Dan yang secara nggak sengaja bilang sama aku kalau Nadya kecelakaan, aku sih tau kalau Nadya yang ia maksud adalah Nadya saingan ku, aku prihatin...sangat prihatin, tapi Dan begitu bodoh dan ceroboh, ketauan deh sama aku kalau ia bersekongkol sama Nadya untuk main curang, walaupun aku sudah tau sebelumnya karena menguping sore itu. Dan aku, aku kepancing sama Dio, apa jangan-jangan Dio emang tau dari awal ya kalau aku saingan sama Nadya?
Kesimpulannya adalah Tuhan maha adil. Belum aku melakasanakan 'main curang' ku yang ku rencanakan dengan Laza, tapi Dan dengan tidak sengaja (mungkin) membongkar kedoknya sendiri. Apa yang akan terjadi selanjutnya padaku? Haaahh...
*To Be Continued
Curhat dikit: Part ini yang paling sulit, masalahnya gue lagi mandek berat tadi siang, tapi Alhamdulillah berkat doa temen2 sekalian, part ini selesai semoga suka ya, bilang kalo nggak nyambung nanti gue bikin ulang partnya . Terimakasih :)
Aku masuk ke dalam kelas seperti biasa, Dio belum datang kelas juga masih sangat sepi. Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari lorong depan kelas ku, kalau itu teman ku, aku tidak akan mencurigainya lagi pula aku tau kok langkah kaki manusia baik-baik dengan langkah kaki maling. Bayangannya sudah sampai depan pintu. Aku mulai berjalan mendekati pintu kelasku dan aku menemukan Dan di sana, kenapa dia?
"Daniel?"
Napasnya terdengar terengah-engah, dia ini kenapa sih?
"Ka..kamu kenapa?"tanyaku, begini-begini juga aku orangnya khawatiran loo, "Yaudah tenang dulu, kamu tarik napas dulu ya dalam-dalam, baru cerita."ucapku.
Tiba-tiba saja Dan duduk di lantai, tanpa sadar aku juga ikut duduk, padahal kan aku tau dia itu punya maksud jahat padaku, harusnya aku mencurigainya bukan malah bersimpati aah payahnya aku. Tapi hati nurani ku tidak tega membiarkannya sendiri di sini.
"Nadya..."
"Nadya...kenapa Nadya?"
"Kecelakaan Ci, tadi pagi ketabrak mobil."
Apaa?!
"Kamu jangan main-main Dan."ucapku tak percaya.
"Beneran gue nggak bohong Ci."
Tunggu, kenapa Dan malah membuka penyamarannya? sebelumnya aku kan nggak tau kalau dia itu adiknya Nadya.
"Kamu, kenal sama Nadya?"tanyaku perlahan.
Dan terlihat panik, apa barusan dia keceplosan ya?
"Nadya, hmm...temen gue maksudnya..i..iya Nadya temen gue."
Oh iya yang namanya Nadya kan banyak. Tiba-tiba Dio datang menghampiri kami.
"Dan, Nadya kecelakaan dimana?"tanyanya panik.
Nah kan benar, Nadya yang Dan maksud ya Nadya kakaknya, ternyata Dio kenal Dan juga?
"Kak Dio?"ucapnya kaget.
Bodoh benar si Dan ini, dia itu sedang apa sih? kok malah membuka kedoknya sendiri.
"Nadya sekarang di rumah sakit mana? Ceroboh banget sih itu anak kok bisa tabrakan."
Aku perhatikan wajah Dan, makin lama makin pucat pasi.
"Gue haru spergi kak, nanti...gue kabarin lagi."
Dan pun berlalu meninggalkan kami. Benar-benar bodoh, seperti itu di bilang pasangan biang onar? Bermain peran puntak mampu, bagaimana sih sutradaranya?
"Kamu tau kabar Nadya dari mana Yo?"tanyaku penasaran.
"Nyokapnya telfon ke ponsel gue, jangan cemburu ya hehe."
Dio ini masih sempat-sempatnya bilang begitu.
"Kenapa nggak kamu tanya aja sama mamanya Nadya, kali aja mamanya lebih tau rumah sakit mana Nadya di rawat, nanti kita jenguk sama-sama."ucapku
"Waah lo baik hati banget ya Ci, padahal lo di jadiin saingannya dia, tapi lo mau repot-repot jenguk dia."
"Kita kan sesama manusia, harus saling menyayangi dong, masa gara-gara kita saingan aku dendam gitu sama dia? nggaklah..eh.."
Kok Dio tau aku saingan? Waaah gawat, aku keceplosan juga lagi.
"Saingannya apaan Ci? gue boleh tau nggak? hehe"
"Nggak...nggak ada saingan apa-apa kok Yo, beneran."
Aduuhhh...
"Hahaha Cia...Cia gitu aja masih mau bohong lo sama gue."
*
Dan yang secara nggak sengaja bilang sama aku kalau Nadya kecelakaan, aku sih tau kalau Nadya yang ia maksud adalah Nadya saingan ku, aku prihatin...sangat prihatin, tapi Dan begitu bodoh dan ceroboh, ketauan deh sama aku kalau ia bersekongkol sama Nadya untuk main curang, walaupun aku sudah tau sebelumnya karena menguping sore itu. Dan aku, aku kepancing sama Dio, apa jangan-jangan Dio emang tau dari awal ya kalau aku saingan sama Nadya?
Kesimpulannya adalah Tuhan maha adil. Belum aku melakasanakan 'main curang' ku yang ku rencanakan dengan Laza, tapi Dan dengan tidak sengaja (mungkin) membongkar kedoknya sendiri. Apa yang akan terjadi selanjutnya padaku? Haaahh...
*To Be Continued
Curhat dikit: Part ini yang paling sulit, masalahnya gue lagi mandek berat tadi siang, tapi Alhamdulillah berkat doa temen2 sekalian, part ini selesai semoga suka ya, bilang kalo nggak nyambung nanti gue bikin ulang partnya . Terimakasih :)
Komentar
Posting Komentar