Kemudian aku
menghela napasku berkali-kali. Sekali lagi, terus, terus, dan terus. Sekelebat bayangan
wajahnya melintas dari kejauhan, aku tersenyum, karena bayangannya juga
tersenyum. Tapi kemudian aku menitikkan air mataku perlahan, ternyata, ini
lebih singkat dari sekedar drama korea favorit yang sering ku tonton. Entah akan
senang atau malah merasa menjadi manusia yang lebih jahat dari yang jahat saat
kau membaca ini, yang jelas aku sangat menyesali betapa tidak merasa
bersalahnya dirimu telah melakukan sesuatu hal yang di luar batas kemampuan
logika seseorang. Bagaimana bisa aku menjadi terlalu baik bagimu? Lalu kemudian
berubah menjadi, kita hanya cocok jika berteman? Lalu kemudian kau mengakui
bahwa kau mendua? Sial, mudah sekali melakukan pengakuan tersebut.
Hampir meregang
nyawa di tengah kolam berenang sedalam dua meter menyadarkanku, bahwa
memikirkan kau tidak akan ada gunanya. Bagaimana bisa kau mengatakan dirimu
brengsek tapi menemuiku saja tidak ada nyali? Aku ingin sekali menamparmu
bolak-balik, lalu akan aku tanyakan kembali padamu, apa aku sudah cukup jahat? Atau
kemudian aku meludahi wajahmu, dan kemudian aku bertanya lagi, apa aku sudah
cukup menjijikan? Jalan pikiranmu tidak bisa ku prediksikan, karena sejatinya
aku memang bukan Tuhan, tapi bisa tidak sih menjadi sebenar-benarnya lelaki
ketika hendak memutuskan hubungan? Tidak bisa ya? Katanya brengsek, kok
memutuskan hubungan saja tidak berani bertemu? Lalu setelah membaca ini kau
akan menjawab dengan pertanyaan balasan padaku, bukannya kau yang tidak mau di
temui? Bukannya kau yang tidak ingin mengenalku lagi? Ya memang. Tapi kau kan
laki-laki brengsek, harusnya temui saja aku walaupun aku tidak mau. Sedikit saja
saranku untuk kau, tidak bisa ya menjadi brengsek yang total? Menurutku kau
tidak brengsek, bahkan belum, kau hanya berusaha terlihat brengsek padahal yang
telah kau lakukan itu terlihat tolol, dan sangat pengecut, bagaimana bisa laki-laki
melakukan hal seperti itu? Kecuali, sebenarnya kau bukan laki-laki.
Semua bualan
indahmu sepanjang satu setengah bulan kita bersama masih teasa jelas di dalam
otakku, bahkan begitu terasa menyesakkan di dadaku. Senang? Baguslah, tujuanmu
tercapai. Bahkan jika aku bilang aku hendak mati kau mungkin tidak peduli. Benar,
harusnya aku tidak mempercayaimu, bahwa bercanda memang sangat baik dan
menyenangkan. Tapi ternyata semuanya, dari awal sampai telah berakhir pun
menjadi sangat, sangat lucu, dan menyedihkan. Senang kan kalau aku menganggapmu
bahwa selama ini kau hanya bercanda? Ya memang itu tujuanmu, karena kau ingin
menjadi seoarang brengsek, padahal tidak pantas. Bersikap aneh, dan membuatku
bertanya-tanya ada apa dengan kau sebenarnya adalah keahlian kau yang sangat
tidak pernah bisa ku prediksikan, tapi asal tau saja, aku sudah tau ada yang
aneh dari beberapa hari sebelum kita berakhir.
Aku hanya
ingin menyampaikan beberapa hal pada kau. Pertama, kau harus belajar untuk
menjadi lebih brengsek lagi, jadi brengsek bukanlah hal yang sulit untuk kau,
ku rasa, tapi harus yang total, kalau hanya setengah dari seratus persen saja
itu akan menampakkan bahwa kau menyedihkan dan juga tolol, hmm bodoh juga bisa.
Kedua, jadilah laki-laki brengsek yang sejati, datangi wanitanya, bicara,
putuskan hubungannya, akhiri saat itu juga, jangan jadi pengecut yang hanya
bisa bersembunyi dari balik layar ponsel, sial apakah itu laki-laki? Mungkin kau
tidak akan di anggap oleh geng laki-laki brengsek dunia karena sikap brengsekmu
tidak pantas di sebut brengsek. Terakhir, aku harap kau sangat menyayangi
mantan kekasihmu yang kau jadikan wanita kedua setelah aku, dalam hubungan
kita, jangan lakukan kesalahan lagi, ya walaupun aku tau sih, alasanmu
menduakanku, berselingkuh, adalah satu kebohongan, dimana kau terlihat
menyedihkan dengan mengatakan hal itu, padaku.
Terimakasih
untuk beberapa hari dimana aku bisa belajar menabung.
Komentar
Posting Komentar