Aku
pernah merasakan cinta, dulu, dua tahun yang lalu. Aku berhasil mengenalnya
lewat sebuah situs online, yang entah bagaimana bisa menghabiskan waktuku hanya
untuk, mungkin, menemukan dia, ya dia, yang aku cintai itu. Beberapa waktu
berlalu kami saling menghubungi, awalnya hanya via yahoo messenger tapi
kemudian berlanjut jadi berkirim pesan singkat, kemudian berlanjut sampai
akhirnya kami saling jatuh cinta dan saling membutuhkan satu sama lain hanya
untuk sekedar, memberi perhatian. Mungkin karena aku juga yang sudah 3 tahun
lamanya tidak menjalin hubungan (cinta) dengan seseorang, ya sebut saja
kesepian. Akhirnya aku pun menerima pernyataan cintanya. Hubungan kami berjalan
mulus sampai, terkadang, aku berpikir kalau hubungan yang kami jalani ini sia-sia
saja, kami beda agama. Memang seharusnya tidak ada masalah, toh hanya pacaran,
tidak sampai, mungkin, menikah. Kami terus berjalan melanjutkan hubungan dengan
meyakinkan satu sama lain bahwa kami pasti bisa menghadapi hubungan kami ini.
Tuhan
berkata lain, empat bulan lalu, setelah kami akhirnya berhasil menjalin
hubungan yang baik sebagai sepasang kekasih, walaupun aku sempat membohongi
ibuku, ya sempat sangat lama membohongi ibuku, kami, ah bukan, aku, ya tentu
saja aku, memutuskan untuk mengakhiri segalanya. Sedih, perih, rindu, bercampur
jadi satu, kami masih saling komunikasi, walaupun aku ingin sekali
menghindarinya. Aku mengakhiri hubungan kami, karena aku merasa aku membutuhkan
sosok yang lain, bukan yang seperti dia yang ingin ku jadikan suami, bukan.
Agama kami saja berbeda, bagaimana mungkin dia bisa membimbingku, walaupun masa
depan, sebenarnya hanya Tuhan yang tahu. Aku menghindarinya dengan cara dekat
dengan laki-laki lain, tapi dia tetap saja menghubungi ku, bilang tidak mau
berpisah denganku, bilang cintanya hanya untukku seorang, bilang, ah pokoknya
bilang, awalnya aku ingin berdamai dengan perasaanku sendiri, tapi kemudian,
setelah ku pikirkan, jika aku benar-benar damai dengan perasaanku sendiri, aku
pasti akan jatuh cinta lagi padanya, tidak bisa lepas darinya, bahkan mungkin,
selamanya. Tapi kemudian perasaan untuk berdamai dengan perasaanku ini semakin
kuat, hingga akhirnya aku memutuskan, ya, aku akan berdamai dengan perasaanku
sendiri, tepat dua bulan yang lalu. Tepat aku ingin berdamai dengan perasaanku,
tepat saat itu juga, kamu sudah punya kekasih baru. Ah, ternyata semua
kata-kata yang ia bilang, yang sempat meyakinkanku tentang, cintanya hanya
untukku, tidak ingin berpisah denganku, itu Cuma awal, mungkin aku yang bodoh,
atau aku yang terlalu percaya, eh mungkin keduanya sama saja. Kemudian aku
mundur, walaupun sakit sekali rasanya, tapi aku yakin aku bisa melewatinya.
Lalu Tuhan benar-benar mengabulkan segala doaku, doa agar aku bisa move on dari mantan kekasihku yang sudah
punya kekasih baru itu. Tuhan bukan hanya membuatku move on tapi, Ia juga membuatku move
up, ya, move up, berharap kepada
Tuhan, mendekatkan diri padaNya, begitulah.
Seiring
berjalannya waktu aku mulai membiasakan diriku dengan keadaan yang seperti
biasanya, tapi perbedaannya, tanpa kekasih. Aku mulai membuka game di ponselku
yang lama tidak kumainkan, itu game online, aku iseng membukanya, lupa kalau
aku, seharusnya sudah panen parfum, mungkin kalian ada yang tau game apa ini,
aku tidak akan menyebutkannya, karena sebenarnya, disinilah awal cerita baruku
hehe. Seperti biasanya, aku berkeliling area, tidak ada satupun orang yang
mengenalku, kecuali, ada yang mengirimkan pesan pribadi pada characterku di game itu hehehe. Namun
suatu waktu, aku masuk ke area, yang biasanya di huni banyak pemain lainnya,
dan area itu selalu ramai. Aku terlalu jelas ya mendeskripsikan game ini?
Baiklah, sedikit akan ku kurangi, tapi tidak janji :p
Aku
berhasil mencuri perhatian satu orang pemain, emm mungkin tidak akan kusebut
namanya (juga), sekali lagi, aku trauma kalau menyebutkan nama orang di blog
hahaha ia, dan teman-temannya, mulai mengirimkan chat secara bertubi-tubi, dan
tidak lama, ia meminta akun facebookku, bayangkan saja apa yang ingin kalian
bayangkan, siapa tau apa yang kalian bayangkan itu seperti apa yang aku
sampaikan melewati tulisan ini. Ada dua orang yang meng-add akun facebookku,
orang itu, dan seorang temannya yang lain. Aku mulai membuka profilnya, hmm mungkin
sedikit, menggiurkan, ku tutup lagi, takut khilaf hihihi tidak deh, aku
bercanda. Lama kami bermain, berkirim chat sama-sama, aku dikenalkan dengan
teman-temannya yang lain, dan voila! Semuanya jadi seru, sangat sangat seru,
berkatnya, aku jadi punya teman main di game online, teman main yang banyak,
dan akrab. Malam itu, kami bertukar whatsapp,
tau kan aplikasi itu? Sudah tidak perlu lagi ku jelaskan, bukan? Dari aplikasi
itu, kami jadi dekat, sering chat, walaupun dia tidak pernah memulai chat
duluan, dia bilang, kalau tidak ada yang penting, dia tidak akan menghubungi
orang yang bersangkutan. Ya sudah, begitulah. Lama kelamaan aku makin nyaman
dengannya, bagaimana, kalian bisa menolongku? Walaupun aku tau, ini hanya game,
hanya game loh, ah masa iya sih, masa smp ku terulang lagi, jatuh cinta,
pacaran, dengan teman dalam game hahaha itu lucu, sangat sangat lucu, tapi apa
mau dikata, memang begitu keadaannya.
Aku
ingin jatuh cinta lagi setelah dua tahun yang lalu, aku ingin jatuh cinta lagi
dengan orang yang berbeda, dengan orang yang bena-benar ku kenal. Tapi,
kenyataannya, sepertinya, Tuhan membiarkanku terjebak dalam perasaan yang dulu,
perasaan nyaman, sesama teman, dalam game. Yha begitu deh.
Komentar
Posting Komentar